Indeks Pertanaman Jadi 300 , Berkat Program RJIT

 

Indeks Pertanaman Jadi 300 , Berkat Program RJIT
Indeks Pertanaman Jadi 300 , Berkat Program RJIT

Program Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier( RJIT) Ditjen Prasarana serta Fasilitas Pertanian( PSP), Departemen Pertanian( Kementan) diakui berikan akibat positif, baik untuk petani ataupun penciptaan pangan nasional. Contohnya petani di Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur yang merasakan khasiat program tersebut.

Dahulu, saat sebelum terdapat RJIT, indeks pertanaman( IP) petani dalam satu tahun cuma 2 kali( IP- 200). Tetapi, sehabis terdapat revisi irigasi tersier, petani dapat menanam 3 kali dalam setahun, yang berarti IP jadi 3 kali( IP- 300).

Menteri Pertanian( Mentan) Syahrul Yasin Limpo( SYL) berkata, aktivitas RJIT memanglah dicoba buat membenarkan lahan pertanian memperoleh irigasi yang hendak menjamin kebutuhan air sampai panen.

“ Pengelolaan air dicoba petani buat membenarkan lahannya dapat terus berproduksi. Pengelolaan air dapat dicoba salah satunya dengan metode merehabilitasi jaringan irigasi, sehingga air betul- betul ditentukan mengalir ke lahan pertanian. Pengaturannya juga pas,” kata Mentan lewat penjelasan tertulisan yang diterima Agro Indonesia, Sabtu( 20/ 2/ 2021).

Mengingat program ini sangat berguna, hingga aktivitas RJIT ini dicoba secara berkepanjangan. Tahun 2020 RJIT menggapai areal seluas 135. 861 hektare( ha). Aktivitas ini dicoba di 32 provinsi serta lebih dari 300 kabupaten/ kota.

Program ini ialah aktivitas berarti dalam proses usaha tani sebab mempunyai akibat langsung terhadap kenaikan luas areal tanam.

Direktur Jenderal Prasarana serta Fasilitas Pertanian( PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, pengelolaan air irigasi dari hulu( upstream) hingga dengan hilir( downstream) membutuhkan fasilitas serta prasarana irigasi yang mencukupi.“ Fasilitas serta prasarana tersebut bisa berbentuk waduk/ bendungan, bendung, saluran primer, saluran sekunder, boks untuk, serta saluran tersier dan saluran tingkatan usaha tani,” katanya.

Bagi ia, tidak berfungsinya ataupun rusaknya salah satu bangunan irigasi hendak pengaruhi kinerja sistem irigasi yang terdapat, sehingga menyebabkan efisiensi serta daya guna irigasi menyusut.

“ Program RJIT diutamakan pada posisi yang sudah dicoba SID serta pada wilayah irigasi yang saluran primer serta sekundernya dalam keadaan baik. Tujuannya buat tingkatkan Indeks Pertanaman padi sebesar 0, 5,” ucap Sarwo Edhy.


Kriteria Lokasi

Aktivitas RJIT ini ditunjukan pada jaringan irigasi tersier yang hadapi kehancuran yang tersambung dengan jaringan utama( primer serta sekunder) yang kondisinya baik serta/ ataupun telah direhabilitasi oleh Departemen Pekerjaan Universal serta Perumahan Rakyat, ataupun Dinas Provinsi/ Kabupaten/ Kota Urusan Pengairan cocok kewenangannya.

Buat kriteria posisi, aktivitas RJIT dilaksanakan pada jaringan tersier di wilayah irigasi cocok kewenangan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, ataupun pemerintah kabupaten/ kota, serta irigasi pada tingkatan desa yang membutuhkan rehabilitasi ataupun kenaikan.


Posisi revisi diutamakan pada jaringan irigasi yang tersiernya hadapi kehancuran serta/ ataupun membutuhkan kenaikan, jaringan irigasi primer serta sekunder dalam keadaan baik dengan sumber air yang ada.

“ RJIT bukan cuma membenahi saluran irigasi yang bermasalah. Namun pula mengoptimalkan guna saluran, supaya luas areal tanam dapat meningkat. Sehingga diharapkan indeks pertanaman serta provitasnya juga bertambah,” tegasnya.

Contohnya aktivitas RJIT yang dikelola Kelompok Tani( Poktan) Karya Tani di Desa Pomahan, Kecamatan Pulung, Ponorogo. Kelompok tani yang diketuai Sumariyadi ini mempunyai lahan seluas 37 ha yang ditanami padi serta sesekali ditanami jagung dikala ketersedian air menurun.

Ia berkata, keadaan saluran saat sebelum diperbaiki berbentuk saluran tanah, sehingga distribusi air ke lahan sawah kurang mudah akibat kerap kehabisan air akibat tanah yang porus.“ Keadaan Saluran dikala ini jadi saluran permanen memakai konstruksi Ferocement dengan sistem cor di tempat dengan 2 sisi saluran,” ucapnya.

Luas layanan irigasi saat sebelum dicoba rehab saluran, layanan irigasi seluas 50 ha. Luas layanan irigasi sehabis dicoba rehab saluran layanan irigasi jadi seluas 55 ha.


Sedangkan produktivitas tadinya cuma 7 ton/ ha, tetapi sehabis saluran direhab hadapi peningkatan jadi 7, 7 ton/ ha. Tadinya IP pada posisi tersebut 250, sehabis terdapat aktivitas keseriusan pertanaman( IP) jadi 300 ataupun 3 kali tanam dalam 1 tahun.

“ Akibat lain dari aktivitas rehabilitasi saluran ini merupakan bisa dikerjakannya percepatan tanam secara serempak( tumbuhan padi), dan meningkatnya partisipasi warga dalam pemeliharaan saluran irigasi tersebut,” katanya.


Produktivitas Naik

Manfaat kegiatan RJIT juga dirasakan petani di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Kegiatan padat karya ini mampu meningkatkan produktivitas pertanian di Desa Leppangeng, Kecamatan Belawa, Kabupaten Wajo.

Produktivitas yang sebelumnya hanya 5,3 ton/ha, meningkat menjadi menjadi 6,7 ton/ha setelah saluran irigasi direhabilitasi.

Dirjen PSP Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy mengatakan, kegiatan RJIT bukan hanya memperbaiki saluran irigasi tersier yang rusak. “Lewat kegiatan padat karya ini, saluran irigasi kita maksimalkan dan tingkatkan fungsinya. Sehingga lahan yang bisa teraliri air meningkatkann, sehingga luas tanam juga bertambah,” tuturnya.

Di Kabupaten Wajo, kegiatan RJIT dilakukan secara swakelola oleh Kelompok Tani Padi Mekar XIX di Daerah Irigasi Palaguna.

Panjang saluran irigasi yang direhabilitasi mencapai 107 meter. Kondisi saluran irigasi sebelum diperbaiki berupa saluran tanah, sehingga distribusi air ke lahan sawah pada bagian hilir kurang lancar

“Dengan RJIT, saluran saat ini menjadi saluran permanen menggunakan konstruksi pasangan batu dengan dua sisi saluran. JIka sebelumnya luas layanan irigasi 50 ha, namun setelah RJIT meningkat menjadi seluas 55 ha,” katanya. PSP


Dam Parit Naikkan IP dan Luas Tanam

Dalam upaya menambah luas tanam dan menaikkan indeks pertanian (IP), Kementerian Pertanian (Kementan) masih mengandalkan Dam Parit. Salah satunya yang dibangun di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, pembangunan dam parit untuk mengantisipasi musim kering. Pembangunan itu diharapkan bisa menampung air hujan dan mengairi sawah, sehingga mampu meminimalisir kerugian petani.

“Program pembangunan embung itu merupakan program strategis untuk penampungan air hujan atau sumber sumber mata air di tempat lain. Luas layanan minimal 25 hektare (ha) untuk tanaman pangan, 20 ha hortikultura, perkebunan, dan peternakan,” katanya.

Direktur Jenderal (Dirjen) PSP Kementan Sarwo Edhy mengatakan, pembangunan dam parit di Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengantisipasi kekurangan air irigasi pada musim kemarau. “Dengan adanya dam parit, air sungai dapat ditahan dan ditampung untuk dialirkan ke lahan pertanian,” katanya.

Dia menambahkan, keberadaan dam parit memang seharusnya bisa meningkatkan luas areal tanam dan angka produksi pertanian. “Sehingga yang menjadi skala prioritas alokasi kegiatan dam parit pertanian adalah lokasi rawan terdampak bencana kekeringan akibat anomali iklim,” katanya.

Pembangunan dam parit dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan El Nino atau musim kering. Dam parit bisa menampung air hujan dan mengairi sawah, sehingga meminimalkan kerugian petani.

“Oleh karena itu, pembangunan dam parit harus dekat kawasan pertanian. Hal ini juga tidak lepas dari pengelolaan dan pemeliharaan yang baik dari poktan di sekitar dam parit. Semua harus menjaganya bersama-sama,” tukasnya.

Ketua kelompok tani (poktan) di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Orong Sekoyo mengungkapkan rasa syukur dengan adanya program pembangunan prasarana dan sarana pertanian di desanya. Berkat pembangunan dam parit, indeks pertanaman (IP) di wilayahnya yang rata-rata berjumlah 200, meningkat menjadi 300 dengan luas lahan 35 ha.

Menurut dia, hal tersebut terjadi berkat pembangunan dam parit oleh Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), yang dikerjakan anggota poktan secara swadaya. “Setelah dibangun embung, produktivitas tanaman jagung yang ditanam pada musim kemarau (MK) II meningkat dari 60 kuintal (kw)/ha menjadi 70,01 kw/ha,” kata Orong. PSP


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url